Alat musik tradisional
khas Sumatera Barat dan gambar adalah sebuah informasi yang mengulas tentang
kesenian yang digunakan oleh suku Padang di daerah yang dikenal
sebagai Ranah Minang. Ada banyak jenis alat musiknya yang menarik untuk
dikenali oleh siapa saja, tidak hanya mereka yang sedang belajar di sekolah
atau perguruan tinggi.
Alat musik tradisional
Sumatera Barat beserta gambarnya merupakan artikel kesekian dari kami yang kami
publikasikan untuk para pecinta seni Indonesia. Kenapa hal ini penting? Banyak
alasannya. Salah satunya, banyak sekali kita temukan generasi muda Indonesia
yang tidak mengenali alat musik tradisional Indonesia. Jika kenal saja tidak,
maka bagaimana cinta akan tumbuh?
Dari situlah kami merasa
bahwa alat musik khas dari Sumatera Barat ini kami upayakan untuk
dipublikasikan melalui sarana Komunikasi Daring.
Dengan keterbatasan waktu yang ada, kami berusaha sekuat tenaga mengumpulkan
satu persatu nama – nama alat musiknya. Tidak cuma itu, ada beberapa alat musik
Padang yang kami sertakan informasi cara memainkannya.
Judul ini juga selaras
jika disebut membahas alat musik tradisional Padang. Karena Padang adalah nama
ibu kota dari Sumatera Barat yang
kini banyak melahirkan tokoh nasional, mulai dari tokoh politik, seniman,
pendidik dan tokoh budaya. Salah satu tokoh yang legendaris adalah ulama yang
dikenal dengan nama Buya Hamka.
Mungkin pada kesempatan
ini, alat musik tradisional propinsi Sumatera Barat tidak lengkap kami
menyampaikannya dan jika Anda ketahui itu, kami persilahkan Anda untuk
memberikan masukan kepada kami guna menjadikan informasi ini lebih sempurna.
Berikut ini
informasi selengkapnya.
Alat musik yang ini
lebih dikenal sebagai alat musik tiup tradisional Minang.
Pada umumnya Puput Serunai dibunyikan pada acara-acara keramaian adat, seperti
perkawinan, perhelatan penghulu (batagak pangulu) dan lain-lain. Atau ditiup
secara santai oleh perorangan, pada saat memanen padi atau
diladang. Boleh jadi ia dimainkan secara solo atau sendirian, dan bisa pula
secara koor, atau digabung dengan alat musik tradisional lainnya,
seperti Talempong, Gendang dan sebagainya.
Bahan untuk membuat alat
musik ini adalah kayu capo ringkik atau dari bambu talang seukuran ibu jari
tangan sebagai penata bunyi. Capo ringkik itu adalah sejenis perdu, kayunya
keras tetapi bagian dalam lunak, sehingga mudah dilubangi. Panjangnya sekitar
20 cm, diberi 4 lubang berjarak 2,5 cm, yang berfungsi mengatur irama. Nadanya
hanya do-re-mi-fa-sol atau disebut nada pentatonis. Nada ini yang lazim pada
alat musik tradisional Minang. Alat musik ini sering dimainkan saat menanam
padi, upacara panen, atau bahkan mengiringi pertandingan silat (silek).
2. Bansi
Bansi adalah suling khas
suku Minang yang terbuat dari bambu dengan 7 buah lubang nada di bagian
sisinya. Bansi termasuk jenis alat musik aerophon karena membutuhkan udara atau
tiupan untuk menghasilkan irama. Dibandingkan alat musik tiup tradisional lainnya
di nusantara, Bansi khas Minang cenderung lebih mudah dimainkan. Bansi dapat
memainkan lagu-lagu tradisional maupun modern karena memiliki nada standar.
Ukuran Bansi adalah
sekitar 33,5 – 36 cm dengan garis tengah antara 2,5 – 3 cm. Bansi juga terbuat
dari talang (bambu tipis) atau sariak (sejenis bambu kecil yang tipis).
3. Gandang Tabuik
(Gendang Minang)
Gendang ini termasuk
jenis gendang yang punya dua muka (sisi untuk ditabuh) yang terbuat dari kulit
kambing. Gendang ini biasanya dimainkan pada acara- acara adat yang sakral.
Tingginya 54 sentimeter dan diameternya 46 sentimeter sehingga cukup
mengesankan dan menimbulkan suara nyaring ketika ditabuh. Penampilannya mirip
dengan bedug atau gendang biasa, namun terkadang dalam acara gendang ini dihias
dengan warna-warni menarik.
4. Pupuik Batang Padi
Alat musik tradisional
ini dibuat dari batang padi. Pada ujung ruas batang dibuat lidah, jika ditiup
akan menghasilkan celah, sehingga menimbulkan bunyi. Sedangkan pada ujungnya
dililit dengan daun kelapa yang menyerupai terompet. Bunyinya melengking dan
nada dihasilkan melalui permainan jari pada lilitan daun kelapa. Suaranya yang
nyaring melengking menjadi pengiring wajib untuk mengiringi berbagai upacara
adat termasuk upacara panen.
5. Pupuik Tanduak
Pupuik Tanduak adalah
sebuah alat musik tradisonal yang dimainkan dengan cara di tiup. Alat musik ini
dibuat dari tanduk, bambu kecil atau batang padi. Bagian bawah di sambung
dengan tanduk kerbau yang berbentuk melengkung. Bagian ujung tanduk yang kecil
dibuang hingga terdapat lubang di ujungnya.
Pupuik Tanduak termasuk
alat musik sederhana yang memiliki nada tunggal. Karena itulah instrumen ini
tidak digunakan sebagai aransemen pengiring suatu tarian atau lagu. Fungsi dari
Pupuik Tanduak lebih dominan sebagai kode atau isyarat bagi masyarakat
setempat. Alat ini dibunyikan sebagai penanda waktu subuh dan maghrib. Pupuik
Tanduak juga digunakan sebagai isyarat adanya pengumuman dari pemuka kepada
warga kampung.
6. Rabab Minang
Rabab atau lebih dikenal
dengan Biola adalah kesenian tradisional yang umurnya sudah tergolong tua.
Sebutan rabab pada biola ini berkaitan dengan latar belakang sejarahnya. Alat
musik ini pada awalnya dibawa oleh pedagang-pedagang dari Aceh yang datang ke
Minangkabau untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Rabab adalah alat musik
gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari tempurung kelapa.
Kesenian Rabab sebagai
salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan
masyarakat Minangkabau, tersebar dibeberapa daerah dengan wilayah dan komunitas
masyarakat yang memiliki jenis dan spesifikasi tertentu.
7. Saluang
Saluang adalah alat
musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup
ini terbuat dari bambu tipis atau talang. Secara etimologis, nama saluang
diambil dari nama seruling panjang yang kerap kali menjadi alat musik pengiring
dalam pertunjukan musik Saluang. Permainan musik ini dapat dinikmati pada acara
perkawinan, batagak rumah adat Padang (Mendirikan Rumah),
batagak pangulu, dan lain-lain. Dendangan Saluang sendiri berisikan pesan,
sindiran, dan juga kritikan halus. Dendangan tersebut dapat mengembalikan
ingatan si pendengar terhadap kampung halaman ataupun terhadap kehidupan yang
sudah, sedang, dan akan dijalani.
Alat musik ini termasuk
dari golongan alat musik suling, tetapi lebih sederhana pembuatannya, cukup
dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60
cm, dengan diameter 3-4 cm. Dalam mebuat saluang ini kita harus menentukan
bagian atas dan bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang,
kalau saluang terbuat dari bambu, bagian atas Saluang merupakan bagian bawah
ruas bambu. Pada bagian atas Saluang diserut untuk dibuat meruncing sekitar 45
derajat sesuai ketebalan bambu. Untuk membuat 4 lubang pada alat musik
tradisional saluang ini mulai dari ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur
dari bagian atas, dan untuk lubang kedua dan seterusnya berjarak setengah
lingkaran bambu. Untuk besar lubang agar menghasilkan suara yang bagus,
haruslah bulat dengan garis tengah 0,5 cm.
8. Saluang Pauh / Salung
Pauh
Salung Pauh memiliki 6
lobang, bagi penyampaikan kaba (cerita) bunyi tiupan Salung sangat di
perhatikan, bila lobang di tutup 4 atau 6 bunyi akan berbeda, sehingga
penyampai kabar akan dapat memahami dan mengiring irama bunyi salung tersebut.
Salung Pauh biasa mengisahkan sebuah cerita sangat menarik untuk di dengar dan
di pahami, dalam ceritanya dan isinya banyak pesan-pesan tentang kehidupan anak
manusia di masa lalu, sebagai contoh bagi kita semuanya.
9. Talempong (Bonang
Minang)
Talempong adalah sebuah
alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama
dengan instrumen Bonang dalam perangkat Gamelan. Talempong dapat terbuat dari
kuningan, tetapi ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari
jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong biasanya digunakan untuk
mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas,
Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan
musik menyambut tamu istimewa.
Talempong berbentuk
lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya
berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol
berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada
yang berbeda-beda. Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada
permukaannya. Talempong biasanya dibawakan dengan iringan akordeon, instrumen
musik sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya.
Selain akordeon, instrumen seperti saluang, gandang, serunai dan instrumen
tradisional Minang lainnya juga umum dimainkan bersama talempong.
10. Talempong Batu
Talang Anau
Alat musik ini bisa
ditemukan di daerah Payakumbuh. Talempong yang ditemukan di Talang Anau Suliki
ini, berbeda sama sekali dengan talempong lazimnya karena terbuat dari batu
dengan ukuran yang sangat besar berjumlah 6 buah dan sudah ada sejak zaman dahulu.
Bunyi yang dihasilkan persis sama dengan alat musik talempong, sehingga
dinamakan Batu Talempong Talang Anau, terletak 38 km arah utara kota
Payakumbuh.
11. Tambua
Nama lain dari alat
musik ini adalah Tambur yang merupakan alat musik perkusi populer di Sumatera
Barat yang sederhana namun mampu menimbulkan kemeriahan di acara atau
pertunjukan adat apapun. Tambua terdiri dari satu set tambur yang terbuat dari
kayu dan kulit kambing dengan ukuran masing-masing lumayan besar. Tinggi
masing-masing tambua sekitar 75 sentimeter sementara diameternya mencapai
setengah meter. Satu set tambua terdiri dari enam buah tambur dan semuanya
berukuran sama, serta dimainkan oleh sekelompok pemuda.
12. Aguang
Aguang adalah panggilan
khusus orang Minang untuk alat musik yang mempunyai bentuk layaknya Gong.
Aguang mempunyai bentuk mirip seperti daerah lain, bundar dan digunakan dengan
cara dipukul memakai pemukul khususnya. Pemakaian Gong Minang juga sering dipakai
untuk pentas musik.
Seringnya aguang
digunakan oleh para ibu-ibu lengkap dengan aksesoris dan pakaian adat.
Permainan alat musik ini minimal membutuhkan 2 orang untuk menggunakannya untuk
bagian kanan dan kiri aguang.
13. Tansa ( Tasa )
Tansa terbuat dari bahan
alumunium yang permukaannya ditutup kulit tipis. Alat musik ini berupa bejana
berbentuk kuali dengan diameter 14 inch dan ditutup dengan kulit
binatang. Dulu, membuat alat musik Tansa dengan menggunakan kulit kijang,
tapi sesuai dengan perkembangan zaman, kulit kijang sudah mulai tidak pakai
lagi, saat ini tansa memakai mika plastic / drum head. Meski begitu, Tansa
masih tergolong alat musik tradisional. Perubahan bahan membuatnya tidak
mempengaruhi jenis alat musik tersebut.
14. Sampelong
Sampelong merupakan alat
musik aerofon yang berasal dari nagari Talang Maur, kecamatan Mungka, kabupaten
Limapuluh Kota. Nada sampelong adalah nada-nada lagu Budha. Ini dibuktikan
dengan kesamaannya dengan nada yang ada di Thailand sebuah bangsa yang kebudayaan
dan seninya berakar pada agama Budha dan juga di Palembang daerah yang pernah
menjadi tempat berkembangnya agama Budha.
Bahan yang digunakan
dalam pembuatan sampelong ini adalah Bambu. Untuk menghasilkan bunyi yang bagus
maka dibutuhkan bambu yang telah matang atau kadar airnya sudah habis.
Melobangi pada bagian bambu ( jarak dari bawah ke lubang 1 adalah satu
lingkaran benang, dari lubang 1 ke lubang 2 satu lingkaran benang, dari lubang
2 ke lubang 3 adalah ½ lingkaran benang, dari lubang 3 ke lubang 4 juga ½
lingakaran benang, dari lubang 4 ke lubang resonator adalah 1 ½ lingakaran
benang).
Demikian ulasan tentang alat musik tradisional Sumatera Barat beserta gambarnya.
Jadilah pembaca cerdas yang selalu kritis dalam menerima informasi. Ayo
sampaikan kritik atau saran Anda melalui kolom komentar yang ada di bawah ini.
0 comments:
Posting Komentar